Berikut adalah cerita nyata proses terapi yang saya jalani
Sebut saja namanya Joni ( bukan nama sebenarnya ), anak laki-laki berusia 7 tahun. Dia adalah anak tunggal. Adakah sesuatu yang menarik dari kasus Joni. Sejak TK, Joni tidak berani ditinggal sendiri ketika ke sekolah. Ya, hal ini berlanjut sampai dengan Joni berusia 7 tahun dan masuk ke kelas 2 sekolah dasar.
Saat sekolah mamanya atau kerabatnya selalu mengantar dan menunggui dia. Lho bukannya wajar kalo anak seumuran itu diantar dan ditunggui ?? Anda benar. Joni tidak hanya diantar dan ditunggui, bahkan sampai dalam kelas sekalipun mamanya mendampingi dia, di sebelahnya, mengikuti pelajaran dari awal sampai dengan pulang sekolah. Wajarkah hal tersebut ? Kalo anak TK, mungkin saja wajar. Tetapi kasus ini menimpa anak kelas 2 SD. Tentu sangat tidak wajar.
Singkat kata, sang orang tua mengkontak saya. " Pak, apakah anak kecil bisa diterapi ? ", kata sang ayah. "Tentu saja ", kata saya. Lalu kami membuat janji pertemuan.
Hari perjanjianpun tiba. Saya bertemu dengan ayah Joni. Setelah sang ayah menceritakan keluhan yang dialami, dan bercerita tentang kondisi di sekolahnya, saya pun bertemu dengan Joni. Kesan pertama yang saya tangkap, anak ini cowok, tetapi di wajahnya tidak ada aura ketegasan dan keberanian. Sayapun mengeluarkan jurus-jurus asyik agar state penasaran Joni muncul. Mau tahu jurus apa yang saya gunakan ? SULAP !! Ya, siapa yang gak suka sulap ? Setiap Joni terkesima, saya langsung menatap matanya lalu saya berikan direct sugestion bahwa dia adalah orang yang berani. Setelah beberapa trick, Jonipunmulai dekat dengan saya, dan mau duduk disamping saya, dengan dekat. dekat sekali seperti dia adalah anak saya sendiri.
Saya minta sang ayah pergi ( bukan ngusir tuan rumah koq, qiqiqiqi ) maksudnya agar Joni bisa leluasa bercerita pada saya.
INI DIA CERITANYA
Setelah ayahnya pergi, dimulailah investigasi, dan inilah pelajaran yang saya dapat. Simak baik-baik.
Saya ( YAN ) berkata pada Joni ( JONI ) :
- YAN : Nah Jon, kamu sekarang sudah sama om sendirian. Om percaya bahwa kamu anak yang hebat lho, buktinya kamu bisa menebak kartu yang om mainkan tadi, benar atau betul ? "
- JONI : Heheheh iya
- YAN : Nah karena kamu anak yang hebat, maka sekarang kamu bisa ceritakan pada om, apa yang kamu alami di sekolah sehingga mama harus nungguin kamu "
- JONI : emmm gak apa-apa sih....( diam.... tak mau bercerita )
- YAN : ( saya pegang erat tangannya ) Jon, kamu aman bersama Om, Om janji gak kasih tahu ceritamu ke papa atau mamamu. Mulai sekarang dan seterusnya, kamu berani bercerita pada om
- JONI : ( mengangguk )
- YAN : Nah, sekarang ceritakan dong, apa yang teradi di sekolah. Kamu kelas berapa sekarang ?
- JONI : Kelas satu
- YAN : bagus, sekarang apa yang Joni alami
- JONI : Mama disampingku, lalu bu guru menyuruh mama keluar....
- YAN : Lalu ?
- JONI : Mama keluar dan bu guru menutup pintu kelas dan menguncinya. Aku mau keluar, tapi pintunya dikunci !
- YAN : Lalu apa yang kamu rasakan di hati kamu ?
- JONI : Aku takut. Terus bu guru marah ama aku
- YAN : Oh jadi kamu merasa takut. ( mengakui emosinya ). Ya, om juga pernah merasakan takut sewaktu kecil, memang gak enak ya rasanya ( memahami emosinya ). Lalu apa yang kamu lakukan ?
- JONI : Aku mau keluar dan nangis minta dibukakan pintu
- YAN : Oh begitu, lalu apa yang dilakukan bu guru ?
- JONI : Bu guru marah ama aku
- YAN : Ya, ya, om paham apa yang kamu alami ( sambil tetap memegang tangan Joni agar dia merasa aman ). Baik Joni. Sambil om pegang tangan Joni, Joni coba ingat kembali kapan takut ini pernah kamu alami sebelum kamu kelas satu. Kamu aman bersama om.
- JONI : (diam..... agak lama) Aku di Giant...
- YAN : Lalu ?
- JONI : Aku naik lantai dua ama papa
- YAN : Kamu kelas berapa ?
- JONI : TKB
- YAN : Sama papa lagi ngapain nih ?
- JONI : Aku naik tangga berjalan, papa mau ambil uang
- YAN : Oh begitu, lalu ?
- JONI : Uangnya keluar, aku ambil uangnya keluar lalu aku lari... tapi papa marah, aku dipukul !
- YAN : Kalo om boleh tahu, kenapa Joni lari ?
- JONI : Mau kasih uangnya ke mama... tapi papa pukul aku.... sakit..... aku takut....
- YAN : Oh om paham cerita Joni. Om juga pernah dipukul, dan rasanya memang sakit ya... Yap, sekarang coba Joni rasakan lagi, pernah gak sebelum ini, Joni merasa takut. Ya, sebelum kejadian ini. Joni akan aman bersama Om
- JONI : (diam... ) Waktu TKA
- YAN : Apa yang terjadi ? kamu di dalam atau di luar rumah ?
- JONI : di rumah, di kamar
- YAN : Apa yang terjadi, ceritakan pada om
- JONI : Papa marah ama aku.... aku dipukul.... dipukul pake sabuk ( ikat pinggang ). Sakit sekali om....
- YAN : Ya, sakit sekali, om paham apa yang kamu alami. Kalau sebelum ini, kapan rasa seperti ini perna Joni alami ?
- JONI : (diam, lalu menggelengkan kepala ) ... gak ada om
Well, sobat. Saya menarik nafas panjang......
APA PELAJARAN BERHARGANYA
Menurut Anda apa ?
Yang saya dapatkan adalah sebagai orang tua kita harus belajar untuk bersabar dan berusaha mengerti anak kita. Anak kita bisa punya tujuan baik bagi kita lho !. Kenapa kita gak bisa bersabar ? mungkin ada believe-believe negative yang masih kita pegang dan itu mempengaruhi tindakan kita secara bawah sadar.
Sebelum belajar tentang parenting atau ilmu menjadi orang tua yang baik, pertama-tama , menurut saya, kita harus bereskan dulu luka-luka bathin yang pernah kita alami. Dengan begitu kita akan bisa memahami dan secara jernih belajar dan menerapkan ilmu parenting yang benar, pada anak kita.
Saya bersyukur, di usia saya yang masih muda ini, dengan dua orang anak yang berusia 5 tahun ( Jennifer ) dan 9 bulan ( Renatta ), saya telah belajar untuk membereskan luka-luka lama saya. Efeknya ? Wow Luar Biasa !!! Saya bersyukur pada Allah, dan berterima kasih pada istri saya, Helen, karena anak-anak saya tumbuh dengan baik, memiliki harga diri yang baik, dan berprestasi.
Saya bukannya mau bersikap congkak dan arogan. Saya hanya menggugah para orang tua dan CALON ORANG TUA, agar mau belajar lebih untuk kebaikan anak-anak kita.
Kawan, Indonesia tak kan kuat jika keluarga kita tidak kuat. Indonesia tak kan maju, jika anak-anak kita kita didik dengan pola didik yang lama dan merendahkan harga diri anak kita. Banyak guru-guru parenting yang luar biasa, seperti Ariesandi Setyono ( guru saya ) dan Ayah Edi, yang bukunya bisa anda dapatkan di toko-toko buku. Jika anda sungkan pada mereka dan mau tanya pada saya, dengan bahagia dan senang hati saya akan mesharingkan apa yang saya tahu. Saya juga masih terus belajar agar menjadi lebih baik dari sekarang.
Demikian sekilas cerita saya. Semoga terinspirasi
Informasi tentang Egostate Terapi di Surabaya-Sidoarjo
Yan Ardhianto Handoyo
Family Terapis
Master Egostate Terapi of Gordon Emmerson
email : makeabetter.mind@gmail.com
FB : http://www.facebook.com/bettermind
Twiter : @trainer_yan
HP : 0811337376